Senin, 28 Juli 2014

Malaikat Untuk Lucifer

Huuuffffft....... aku menarik nafas panjang... menatap layar ponselku terdiam. Perang mulut yang terjadi antara aku dan bunda, akhirnya lagi lagi dimenangkan oleh bunda. Ketegasan suara bunda sudah tidak bisa terbantahkan dengan alasan apapun lagi.  Mau tidak mau aku harus pulang, pulang ke kota kecil yang sebenarnya selalu aku rindukan. Namun untuk tahun ini, untuk lebaran kali ini aku hindari... “Tuhan aku tidak ingin pulang, tidak sebelum dia sendiri yang menyampaikan itu padaku bukan orang lain” jeritku dalam hati. Bukan tentang luka, ini hanya sekedar harga diri dan gengsi... Aku sendiri tidak yakin apakah aku memang benar mencintai dia, atau hanya karena aku terpesona padanya.  Karena selama menjalin hubungan dengan dia, hati ini tidak ada debar debarnya. Detak jantungku berjalan normal, dan tidak pernah merasa panas dan dingin kalau berada di dekatnya. Bukankah harusnya seperti yang sering aku baca dinovel novel ataupun di komik romantis, hati akan berdebar debar saat kita jatuh cinta, detak jantung dan aliran darah berpacu lebih kencang. Sambil memeluk capi boneka kesayanganku, pikiran ku melayang ke masa empat tahun yang lalu.
“Bunda kenapa harus aku sih yang ngejagain orang tidak dikenal itu... emangnya dia siapa sih”protesku pada bunda saat di paksa ikut ke Rumah Sakit untuk menjenguk,  ralat menjaga si entah siapa. Bunda kemudian menghentikan langkahnya,”Ratna Dewi Mustika Muisman Areffa,  sudah bunda bilang bukan, dia itu tanggung jawab bapak sekarang” bunda menjawab dengan nada suara yang lebih terdengar seperti bisikkan namun ada penekanan yang jelas sudah tak bisa di tolerir dalam bentuk apapun. Yah saat bunda sudah menyebut namaku lengkap dengan margaku maka itu adalah tanda bahwa sudah saatnya aku diam, jika tidak ingin membuat suasana tambah panas. Bahkan dengan ngambek sampe guling guling pun gak akan bisa menggoyahkan keputusan sepihak dari bunda. Pelan pelan bunda membuka pintu kamar Anggrek No 212 itu, nomor yang bagus pikirku mirip dengan tatto nya wiro sableng. Saat masuk ke kamar tak ada seorangpun di kamar, hanya terdengar suara kran air yang menyala dari arah kamar mandi. Ah lagi mandi rupanya. Sekilas membaca name tag disisi tempat tidur “I Gusti Arya Yudistira Guntur Aji Nanda Pamungkas, 28 tahun” orang bali rupanya, dan namanya...  gilaa pikirku itu nama apa truk gandeng, panjang betul. Kasian banget ini orang kalau lagi UAN pikirku, orang sudah sampe ke soal nomor 10,  dia pasti masih sibuk melingkar lingkari namanya. Eeeh sebentar, pikirku panik 28 Tahun.. ini aku harus ngejagain om om kah... Reflek aku menoleh ke bunda, dan setengah histeris “wie kagak mau ngejagain om-om”  teriakku ke arah bunda.  Dan bertepatan dengan dibukanya pintu kamar mandi, diiringi dengan delikkan mata yg tak terbantahkan dari bunda ditambah sebuah cubitan, mampu membuatku menutup mulutku  diam. Dan menatap makhluk yg melintas dengan perlahan didepanku ini dengan infus ditangan kanannya, baju Rumah Sakit yang tidak dikancing dengan benar, rambut yang setengah basah, jauh dari tampang om om. Entah kenapa tiba tiba jadi kasian, dan kemudian secara tidak sadar tangan ku mengambil alih infus yang ada di tangannya, meletakkan pada gantungan infus dan mengawasinya duduk di tempat tidurnya.
“Nak nanda, ini dewi. Anak bunda yang kemarin bunda bilang. Untuk sementara sebelum mamanya nak nanda datang dia yang bertanggung jawab jagain nak nanda. Soalnya bunda akan keluar kota beberapa hari ini” sahut bunda tersenyum. Kemudian si makhluk yang mau tidak mau harus aku akui rupawan, tersenyum lemah dan menjawab “bunda tidak usah repot repot, kasian dewi harus ngerawat om om macam saya ini” sahutnya.  Hell ini makhluk dalam hati aku mengumpat, ngapain dia nyinggung nyinggung ini. Ngeliat ekspresi bunda di sisi lainnya akhirnya dengan nada suara kesal yang tak bisa di sembunyikan aku berucap “Sorry”.  Kurang lebih hampir 3 Hari aku jadi penjaga si cowok bali ini, tidak banyak kesulitan sebenarnya karena orangnya termasuk dalam kategori pasien anteng, tidak rewel sama sekali. Dibilang menjaga karena pada prinsipnya aku cuma sekedar nungguin saja, doing nothing hanya sekedar mengawasi. Yah kecuali hari pertama, karena kelalaianku infusnya jadi naik dan tangannya bengkak dan harus dipindah ke sebelahnya. Mau tidak mau akhirnya aku jadi pengganti tangannya. Melayani segala kebutuhannya kecuali mandi tentu saja. Hari ke Empat di RS akhirnya mamanya datang juga dan semua tugas diambil alih. Dua bulan kemudian, aku dan dia  sudah berstatus sebagai kekasih.  Meski tidak ada debar debar semacam di film film, pada dasarnya aku memang cewek yang setia. Di usia yang seharusnya masih labil, dengan pacar yang sering kali ketemu hanya sebulan sekali masa SMA aku lalui dengan mulus tanpa gangguan hati sama sekali. Setia dengannya yang terpaut usia nyaris dua kali lipat usia ku. Yah sampai akhirnya tiga tahun tanpa emosi dan pertengkaran, tahun ketiga sebelum aku memutuskan menuntut ilmu ke Jogja aku akhirnya melihat emosinya meledak. Dia tidak setuju aku kuliah di Jogja, dia inginnya kita segera menikah. Dan aku bisa kuliah dekat dekat saja, jangan terlalu jauh dari jangkauannya. Tapi jelas aku menolak mentah mentah, setelah rayuan pulau kelapa yang aku lakukan pada orang tua ku dan seribu janji bahwa anak tercintanya ini akan baik baik saja di kota yang teristimewa dan dengan berat hati akhirnya izin diturunkan, dengan PEDE nya dia melarangku ke Jogja.. Hell No bathin ku. Dan dengan kemarahannya terbang sudah aku ke Jogja.
Selama di Jogja, status hubunganku dan dia tidak jelas. Dibilang pacar, tapi dia memperlakukan aku tidak ada, tak sekalipun ada usahanya untuk menghubungiku. Bahkan pada saat ulang tahunku sekalipun. Sampai kira kira 3 hari sebelum perang mulut yang kulakukan pada bunda aku mendapat kabar bahwa dia sudah melakukan pernikahan di Bali. Dan tepat H plus tiga lebaran akan ada resepsi di kota kecil itu. Tanpa ada kata putus antara aku dan dia, tiba tiba dia sudah menjadi suami orang. Sedih? TIDAK karena seperti yang kubilang aku bahkan tidak yakin aku mencintainya atau tidak. Lebih ke arah Marah karena gengsi dan harga diri yang terluka. Dia tidak memberitahu ku sama sekali. Bahkan untuk sekedar basa basi... jadi mungkin seperti dia yang tidak memiliki arti terlalu penting dalam hidupku, kurasa dia menganggapku juga demikian.  Okeh I Gusti Arya Yudistira Guntur Aji Nanda Pamungkas, kamu salah kalau aku bakal nangis nangis di resepsi mu. Nope tidak akan... Aku kan buktikan itu padamu. Akupun segera beranjak mengemasi baju yang akan ku bawa ke kota tempat orang tua ku berada. Harus menghadiri resepsinya, tekadku bulat. 
“Pesawat SINGA Udara  dengan tujuan palembang akan mengalami keterlambatan dikarenakan cuaca buruk” bla bla bla bala. DAMN maki ku dalam hati.. ini bukan keterlambatan lagi namanya kalau diharuskan menunggu lebih dari 8 jam... Dan khas penerbangan Indonesia permintaan maaf, keterlambatan yang luar biasa itu hanya dibalas dengan bisa masuk ke Lounge Eksekutifnya mereka. Hell... pikirku. Sementara buku yang sengaja aku persiapkan untuk mengisi kebosanan pada masa transit sudah aku selesaikan. Benar benar menyebalkan pikirku sambil menghempaskan novel agatha christie ke muka ku, dan menarik nafas panjang.  Tiba tiba suara yang cukup bikin jantungku melompat karena nada suaranya yang serak menuju parau mengagetkanku. Dengan kesal aku menatap seseorang yang menganggu apa yang coba kuusahakan... TIDUR.  Menjawab pertanyaannya tentang apakah aku INTERNISTI... hell.  “Saya bukan INTERNISTI, saya INTERISTI dan saya tidak akan membiarkan apapun yang tidak saya sukai dan saya banggakan melekat di badan saya” jawabku sengit. Kemudian entah apa yang lucu si cowok berlesung pipi ini malah tertawa terbahak bahak dengan jawabanku. Tawa nya justru memancingku untuk melihat dan memperhatikan lelaki yang tanpa sopan santun tertawa dengan seenaknya,  secara seksama, dan dari nilai 10 cowok ini nyaris mendekati itu. Matanya tidak hitam namun menjurus ke biru gelap, alisnya rapi dan tebal, dengan hidung yang aku akui membuat aku iri, dan kedua lesung pipi yang saat tertawa benar benar sempurna mengawal bibir merahnya yang tipis. Bikin hati hati deg deg an dan jantung berlompatan tak menentu... Dari wajah turun ke Polo shirt Hitam yang dia gunakan, sempurna..... badannya terlihat cowok banget dengan Polo Shirt itu. Tapi sebentar, mataku berhenti pada dadanya, lambang di dadanya tepatnya, bukannya itu lambang yang bikin aku uring uringan akhir akhir ini. Yah di dadanya ada lambang JUVENTUS. Pantas saja ini cowok mau menegurku. Anak Juve ternyata. dan pasti hanya mau mengejek pikirku. Tawamu makin menjadi saat aku bilang “DASAR MERDA” kemudian kembali mengarahkan mataku ke novel yang jelas jelas sudah membosankan untuk aku baca. Namun entah manusia apa si cowok berlesung pipi itu, dengan pedenya dia malah mengulurkan tangannya dan menyebutkan namanya “ Bima, and what’s your name INTERNISTI?” Katanya dengan senyum yang aku bilang satu juta watt,meski terlihat dibuat buat, serta sorot mata geli.  Sambil menghela nafas dan menutup novel yang jelas tidak bisa menjadi teman untuk 8 jam kedepan. Dengan enggan akhirnya aku menerima uluran tangan nya, “dewi, i am not INTERNISTI.. i am INTERISTA” sahut ku sewot dan melotot padanya. Dan lagi lagi dia tertawa menghadapi kesewotanku, yang jujur saat itu bikin aku susah nafas liat tawanya karena dia terlihat sangat menawan saat tertawa. 
Yah waktu delapan jam, cukup membuat aku dan dia akhirnya menjadi dekat satu sama lain. Meski berbeda klub yang disuka, tapi sepakbola membuat kami lancar untuk menjalin obrolan satu sama lain. Meski baru bertemu, namun entah kenapa akhirnya aku malah curhat dengannya tentang hal yang bikin aku menarik nafas berkali kali. Bukan ingin menarik simpatinya atau apa, hanya saja saat bima  bilang kalau mau cerita, cerita saja. Apa yang bikin sesak itu diceritakan saja. Padahal dia orang asing, orang yang baru aku kenal. Tapi kenapa  bisa dia membaca aku sampai sejelas itu, padahal aku tipikal yang cukup ahli dalam mengenakan poker face. Dan saat ini aku sudah sangat ingin menangis, bukan karena sedih tapi kearah kekesalan yang tak ada pelampiasannya. Karena sampai detik ini bahkan si cowok bali satu itu, tetap juga tidak memberikan undangan secara personal kepadaku. Setidak berharga itukah aku dimata kekasihku yang meski sudah berstatus suami orang itu, bagaimanapun juga dia yang dulu memintaku mendampinginya, tapi kenapa saat ini dia tidak berani mengatakan sudah berakhir. Menangis karena Frustasi ... dan lucunya lagi aku malah menangis didepan orang yang baru aku kenal. Juventini pula.. ck ck ck ck saat ini takdir benar benar lagi bercanda padaku. Dan lebih bercanda lagi adalah, si juventini seksi ini adalah kakak dari sahabat istrinya pacarku, dan hadir menggantikan adiknya yang tidak bisa hadir dikarenakan lagi berada di benua yang berbeda.
 Dan dengan entengnya bima mengiyakan,  saat aku memintanya untuk menjadi pasangan sehari ku menemui pacar yang sekarang berstatus suami orang tersebut. Tidak ada undangan resmi atas namaku, hanya atas nama orang tuaku. Dan orang tua ku jelas hadir pada resepsi itu, tidak mungkin tidak. Jadi aku hadir sebagai patnernya si juventini ini. Dan khas cowok dari kota besar dalam memperlakukan cewek, dengan pede nya bima melingkarkan tangan nya di pinggangku saat akan bersalaman ke pengantin, tanpa rasa canggung meski aku memberikan tatapan mata keberatan.  Jelas keberatan karena kami akhirnya jadi pusat tontonan gratis bagi tamu tamu yang hadir, karena di kota kecil ini pemandangan seperti ini jarang sekali dipertontonkan. Risih jelas, tapi rasa itu kutekan dalam dalam demi melihat muka shock sang pengantin laki laki di ujung sana. Tidak ada dendam pada pengantin perempuan jelas,karena aku yakin dia tidak tahu apapun.  jadi aku memperkenalkan diri sebagai adik angkat dari suaminya.  Dan si pengantin perempuan jelas sudah mengenal keluargaku juga, karena dengan ramah menyambutku. Belum lagi saat dengan pedenya si Bima mengenalkan aku sebagai calon istri yang lagi di prosepek.  Karena itu dia tidak keberatan saat dengan nekat aku mencium (seperti yang terlihat dari kejauhan) padahal aku hanya menempelkan muka ku ke telinga sang pacar  dan berbisik “semoga bahagia kak, dan kita PUTUS” kemudian tersenyum..lalu menggandeng erat pacar sehariku Tanpa mendengarkan jawaban dari finally MANTAN PACARku. Berlalu dengan mesra bersama pasangan sementaraku Hahahahaha .Puas aku tertawa dalam hati. 
Cinta memang memiliki cara yang unik untuk mempertemukan takdir masing masing orang. Kalau saat itu aku tidak sedang memakai jersey INTER dan seluruh aksesorisnya, Bima tidak akan nekat menyapaku. Dia bilang entah kenapa cewek yang lagi pake jersey terlihat seksi dimatanya, belum lagi jersey yang di pakai adalah jersey klub yang prestasinya lagi ancur dan minim pemain tampan, maka dipastikan bahwa dia bukan fans Abal Abal kalau Bima bilang, karena berani  bangga pamer pada sesuatu yang tak patut dibanggakan macam INTER. Hell....

 Dan jujur kalau saja Bima tidak memakai Polo Shirt Juventus, aku juga pasti hanya  akan menganggap nya sebagai cowok tampan yang kegenitan yang lagi cari mangsa. Hahahahaha.... Hebat bukan bagaimana cara takdir mempertemukan kami. Aku dan dia jatuh cinta dan terikat pada mata masing masing... Tidak butuh waktu lama, hati tidak pernah bisa dibohongi. Satu pandangan matanya membuat aku merasakan apa yang di deskripsikan sebagai cinta dalam karya karya sastra. Hanya butuh kurang dari 3 hari, Bima bilang dia jatuh cinta padaku. Padahal nama lengkapku saja dia tidak tau, tapi apa yang hati ingin sampaikan tergambar jelas pada matanya. Aku mampu membaca apa yang ada dihatimu hanya dengan menatap matanya. Dan tidak perlu waktu lama untuknya  menyadari bahwa akupun demikian.

 Jangan coba mempertanyakan cara kami berpacaran kalau sedang terjadi Derby D’ italy. Untuk yang satu itu tidak ada yang mau mengalah. Akan terjadi perang dingin selama dua minggu.. sebelum dan sesudah derby apapun itu hasilnya. Sama seperti rivalitas yang terjadi antara juventini dan interisti. Bahkan status sebagai kekasih pun tidak membantu banyak kalau sudah urusan Bola. Dengan nekat saat diajak nonton bareng sama Bima di komunitasnya anak juventus aku malah dengan pede pake jersey INTER. Padahal sudah diperingatkan aku bakalan mati disana berani pake atribut INTER. Tapi yah nyatanya gak kejadian, Bima menjagaku dengan ketat sampai dia mendapat julukkan SUAMI TAKUT ISTRI  dari JUVENTINI lainnya. Hahahahhaha

Perasaanku entah kenapa sejak pulang dari Rumah Orang Tua Bima di Manado selalu tidak enak. Bukan tentang restu, mommy dan daddy nya luar biasa baiknya. Begitu juga adik kembarnya. Yah mereka bilang baru kali ini ada cewek yang diajak main ke manado. Dan jelas mommy and daddy bukan lagi mengirim kode. Tapi perintah untuk menyegerakan semuanya. Padahal aku dan kamu belum juga setengah tahun pacaran. Harusnya bawaanku bahagia bukan, tapi entah kenapa satu minggu ini mataku selalu ingin menangis tanpa sebab. Aku tidak sedang bertengkar dengannya, bahkan kami berencana untuk bersama sama tahun baruan di pulau komodo. Kalau Bima bilang Bali terlalu mainstream, komodo baru menantang. Berdebat dengannya juga percuma kalau tidak bisa mengajukan alasan dan bukti lengkap kenapa pulau komodo bukan alternatif yang bagus untuk tahun baruan. Tapi berdebat dengannya selalu menyenangkan buatku.. meski dipenghujung selalu aku yang mengaku kalah karena tak lagi punya alasan membantah pendapatnya. . Meski ada juga saat saat dimana kalau aku ngambek, akhirnya dia mengalah dan menuruti apa mauku. Ah aku kangen sekali padamu Bim.

Dua hari sebelum keberangkatan, dia bilang ada urusan di surabaya yang harus dia selesaikan sebelum menjemputku di Jogja. Jelas aku marah marah, pada saat kamu bilang begitu. Harusnya kamu sudah ada seminggu yang lalu di jogja, tapi saat ini malah terjebak di urusan yang aku tidak tau apa.  Semua kata kata buruk aku lontrakan ke dia. Karena kesal beberapa kali menelpon tidak diangkat. SMS terakhir yang aku terima darinya hanya “sampe rumah aku telpon balik, my lucifer”.  Tapi itu tidak dia penuhi.. Dia berbohong padaku. Yang menelponku bukan dia, tapi bimo adik kembarnya. Yang mengabarkan ke esokkan harinya tentang pemakamannya. Apa kau tau rasanya jadi aku pada saat itu? Mom dan daddy bahkan dengan baikknya bertanya, apa harus menunggu aku sebelum menguburkan jasad Bima bersatu kembali ke tempat dimana kita semua berasal.  Kalau bisa menjawab saat itu aku hanya ingin berteriak jangan dikuburkan. Namun apa yang keluar dari mulutku “dikuburkan saja mom, wie baru bisa datang mungkin besok” .
Keluarga bima benar benar baik luar biasa, bahkan sebelum menjadi menantunya mereka sudah memperlakukan aku seperti menantu mereka sendiri. Sepupunya menjemputku untuk mengunjungi rumah terakhir Bima. Sampai disana aku malah merepotkan semuanya,  karena baru masuk ke halaman rumahmu saja aku sudah pingsan. Dan seperti orang gila menganggap bimo itu kamu. Dan lagi lagi keluargamu terlalu baik padaku, dengan sabar mereka menghadapi kegilaanku. Membiarkan Bimo disampingku, membiarkan aku meratapimu dalam kamarmu. Mengijinkan aku membawa kemeja hitammu untuk kubawa pulang... Padahal aku yakin mereka lebih sedih dari aku, tapi dengan sangat luar biasa mereka silih berganti menguatkan ku. Perlu waktu sampai akhirnya aku berani menatap rumah terakhirmu dan menghadapi kenyataan bahwa yang ada disampingku BIMO bukan BIMA.

Sampai sekarang aku masih membenci Tahun baru, namun sekarang aku tidak pernah lagi mengingatmu sebagai bab tersedih dalam Buku hidupku. Sejauh ini engkau selalu yang terindah Bim.. ini hanya sepenggal kisah dari perjalananku, tapi bab bersamamu meski singkat tapi paling indah, kotak pandora ku yang akan selalu ada dalam jauh disudut hatiku, Indah namun tidak boleh di buka.

Setelah bertahun tahun, aku berani menulis tentangmu. Karena hari ini saudara kembarmu entah dari mana memanggilku lucifer. Masih ku ingat dengan jelas kata kata mu saat meminta ku jadi pacarmu, bukan rayuan manis kalau aku bilang. Mana ada cowok yang bilang ke cewek yang di taksirnya itu kalau dia itu lucifer. Biasanya rayuan laki laki itu bilang kalau ceweknya adalah malaikat. Kamu berkata sebaliknya. Kamu bilang mataku itu ibarat sarang lucifer,gelap pekat dan memabukkan,  yang membuatmu malaikat tampan jadi harus turun dari surga dan menjadi manusia biasa. Dan untuk itu aku harus bertanggung jawab menemanimu sampai saatnya nanti sama sama kita kembali ke Surga. Permintaan yang tidak biasa, karena ternyata Tuhan memang menyiapkan jalan cerita yang tidak biasa untuk Kita lalui. Dan ucapan yang kelewat Pede, dan narsis yang over dosis.. Khas JUVENTINI sekali hahahaha.

Kalian memang anak kembar, setelah bertahun tahun adikmu mengatakan hal yang sama. Meski dengan maksud yang berbeda tentunya,  dalam kisahku .. Bimo hanya akan menjadi yang tersayang, dan dengan sumpah bodohnya yang akan menjagaku sampai aku berstatus Nyonya yang entah siapa. Dia tidak akan menikah.  Parahnya lagi aku yang jadi tameng hidupnya dia ke mommy and daddy. Saat mom dan dad mendesaknya agar cepat menikah. Tapi tidak apa apa karena aku yakin hanya soal waktu sampai dia menemukan lucifer sejatinya.

                Dari pacar sehari, Bima Shakti Arya Prasteyahadi  menjadi pacarku untuk selamanya, karena memang tidak ada kata putus diantara kita. setidaknya dalam buku hidup mu aku menjadi bab terakhir sampai engkau menutup mata. Kisah antara aku dan bima bukan kisah romantis yang bikin iri. Namun jelas ini kisah abadi antara kami.
Aku dan bima dipaksa pisah oleh Sang Sutradara Hidup. Tepat dimalam pergantian tahun baru, dimana orang memulai sesuatu yang baru dan indah. Namun tuhan menutup paksa chapterku dengan Bima Dan jelas menutup halaman terakhir dalam buku kisah hidup bima. Singkat... Namun memberi banyak pelajaran. Hal yang belum bisa aku maafkan sampai sekarang adalah kata kata kasar yang ku lontarkan kepadamu. Dan untuk itu aku banyak belajar, semarah apapun aku pada orang yang aku sayang, aku akan membiarkan mereka tau aku marah, aku kecewa hanya saja sekarang aku selalu menutupnya dengan kalimat "But I Still Love You as Always". Terima kasih malaikat penjaga yang bersedia turun menemui sang lucifer ini dan memberikan kisah indah nan sendu. Kamu memang lebih cocok, dengan malaikat di surga Bima.... (end of chapter but not end of my story) 

3 komentar:

  1. Kisah si bima menyakitkan.. sedih, baru tau dy ank manado..

    BalasHapus
  2. Judulnya??? "Bima sang malaikat" atau "malaikat untuk lucifer?????????"

    BalasHapus